Pendekatan Konstruktivisme
Guru memberikan langkah-langkah seperti tangga yang harus dilalui setiap siswa dengan harapan setelah siswa melewati berbagai langkah-langkah akan terbentuk pemikiran yang dapat diaplikasikan oleh mereka untuk menerapkannya dalam kehidupan. Seorang guru matematika hendaknya mempromosikan dan mendorong pengembangan setiap individu di dalam kelas untuk menguatkan konstruksi matematika, untuk pengajuan pertanyaan (posing), pengkonstruksian, pengeksplorasian,pemecahan, dan pembenaran masalah-masalah matematika serta konsep-konsep matematika. Guru juga diharapkan mencoba berusaha mengembangkan kemampuan siswa merefleksikan dan mengevaluasi kualitas konstruksi mereka (para siswa). Di dalam masing-masing tahap pembelajaran konstruktivisme berikut ini adalah beberapa metode yang sering dipakai :
- Metode “sindikat” sangat cocok untuk topik yang dapat dipelajari sendiri oleh pebelajar. Mereka bekerja dalam kelompok, masing-masing anggota mempelajari satu aspek masalah secara mendalam sebelum bertemu dengan anggota lain dalam sindikatnya, memecahkan masalah secara bersama-sama secara intensif
- Pembelajaran kelompok kecil biasanya terdiri dari 4-6 pebelajar; mereka saling mengemukakan pendapatnya tentang suatu masalah sebelum akhirnya mengambil kesimpulan. Beberapa pebelajar kurang berani berbicara dalam kelompok seukuran itu.
- Sebagai jalan keluarnya pembelajar perlu sekali-sekali membentuk “ triad “, yaitu kelompok yang hanya terdiri dari tiga orang. Dengan kelompok kecil itu mau tidak mau pebelajar akan berani berbicara.
- “Praktikum” tidak selalu berlangsung di laboratorium dengan menggunakan alat-alat yang canggih, melainkan bisa juga berlangsung di alam sekitar dan masyarakat. Kegiatan praktikum hendaknya diarahkan untuk membekali pebelajar dengan : keterampilan praktikum dasar pengenalan alat-alat dan teknik pengukuran standar keterampilan melakukan pengamatan intrepretasikan data penulisan laporan keterampilan merencanakan percobaan minat terhadap ilmu.